Dimana Toleransi Itu Hidup?
Apa itu toleransi?
Toleransi. Sudah menjadi judul dari BAB saat kita duduk di sekolah dasar hingga ke sekolah menengah atas. Tapi, seperti apa praktiknya di lapangan? Ketiadaan.
Agama. Apa itu agama?
Kita sudah mempelajari mengenai hal itu yang juga sama, sejak sekolah dasar hingga sekolah menengah keatas. Tapi, seperti apa praktiknya di lapangan? Kehampaan.
Toleransi dalam beragama, bagaimana?
Omong kosong. Anggap itu sebuah dongeng sewaktu kecil dan kita hanyalah akan mengenangnya. Mungkin memang banyak masyarakat di Indonesia yang tidak sekolah ataupun putus sekolah. Kita pun memakluminya. Tapi, apakah 'mereka' hanya memakluminya begitu saja? Sebisa mungkin, kita juga akan ikut serta dalam membantunya.
Tapi bagaimana dengan mereka yang sanggup sekolah, mereka yang menjalani sekolah dengan cukup, atau bahkan hingga tinggi, tapi tidak mengenal toleransi antar umat manusia?
Mereka hanyalah seperti padi yang ditanamkan di gurun pasir.
Berharga, tapi tidak berguna.
Kesalahan pertama semenjak di sekolah dasar hingga sekolah menengah atas adalah,
mereka hanya mengajarkan toleransi antar umat beragama. Disitu, mereka menutup mata dan hanya menganggap manusia yang ada itu manusia yang beragama, dan itu jelas baik, bagi mereka.
Dan disitu juga lah kesalahan fatalnya terletak.
Kesucian akan martabat menyapu bersih akhlak mereka yang sudah diajarkan, dikarenakan ajaran yang juga menyesatkan.
Sehingga melahirkan generasi sesat dalam berfikir mengenai Toleransi, dan selamanya akan seperti itu.
Hingga timbul anggapan, "Mereka yang beragama itu SANGAT LAH BAIK, karena semua agama mengajarkan KEBENARAN". Which is, "Beragama" = "Baik". Tidak beragama = "BURUK".
Ya, kurang lebih begitu penjelasannya.
Lalu, dimana letak TOLERANSI yang sesungguhnya itu berada?
Dimana kebebasan akan berbicara itu berdetak?
DIMANA HAK ASASI MANUSIA ITU BERNAFAS?
Kalau saja sudah sejak dulu kita diajarkan kesesatan dalam mengartikannya.
Kesesatan dalam menafsirkan, toleransi antara manusia, yang sesungguhnya sedang kita hadapi sekarang.
Kita selalu akan ada berontak sewaktu-waktu pada otak, dan menciptakan sebuah pemikiran yang idealis. Kadang itu dipengaruhi masa lalu, lingkungan, ataupun AGAMA.
Sehingga adalah hal yang lumrah jika datang seseorang berkhotbah begitu saja lalu pergi, seseorang yang berteriak-teriak akan emosinya lalu menangis, atau juga seseorang yang muak akan semuanya. Disitu lah HAK ASASI berada. Hak untuk berbicara, hak untuk mengutarakan pendapat, hak untuk bebas berfikir, hak untuk hidup.
Tapi, toleransi agama yang diajarkan sejak dulu merusaknya. Seakan-akan, hak itu dikekang oleh agama. Hak itu....... Diikat dengan erat oleh dasar-dasar hukum agama.
Sehingga HAM pun sudah tidak bernyawa, mati dengan ikatan yang begitu kencang.
Itu lah kita hari ini.
Pagi ini, gue nonton berita-berita di salah 1 channel. Yang sepertinya sangat menjelaskan berapa kuatnya suatu agama itu. Mencabik, menghakimi, membabi buta HAK ASASI MANUSIA.
Bagaimana dasar agama, menjadikan orang lainnya sangat terikat dan dipaksa patuh terhadapnya. Miris, dan menyedihkan... Sempat beberapa kali gue meneteskan air mata, air mata mereka, kesakitan mereka akan kekangan ini.
Hingga akhirnya gue mengeluarkan ucapan maut "Emang udah sangat jelas deh kalau AGAMA itu emang MERUSAK HAK ASASI MANUSIA."
Sebenarnya ini adalah tweet pancingan, bagaimana mereka, yang beragama beraksi.
Namun pancingan ini sangatlah paten. Hingga dapat memperlihatkan seperti apa mereka yang bergama itu berfikir kritis kepada apa yang ada disekitarnya.

Jelas mereka adalah orang yang beragama, jelas memiliki Tuhan.
Dan seperti itu mereka. Lebih geram dan lebih liar dari binatang. Hahaha, lucu ya?
Lalu gue juga mendapat respon positif dari orang-orang yang beragama, tapi berfikiran terbuka mengenai statement gue.

Pikiran mereka terbuka, sekalipun mereka beragama.
Bukan makhluk bar-bar. Itu lah toleransi.
Toleransi bukan saja antar umat beragama, toleransi yang sebenarnya adalah toleransi antar manusia. Bagaimana kita menghargai, memiliki perbedaan pendapat dan pikiran, maka membuat forum diskusi. Bukan dengan pelecehan yang seakan-akan menganggap drajatnya lebih tinggi. Yang padahal, belum tentu mereka sendiri mengerti akan agama yang mereka percaya, belum tentu juga menjalankan perintah-perintah dari Tuhannya.
Hanya akan datang ketika agamanya di sudutkan, dan begitu saja. Seperti pemain cadangan yang meneguk anggur merah basi, pahlawan kesiangan tanpa dasi, apalagi?
Bahwa sesungguhnya, kita memiliki kebebasan dalam memilih agama, atau bahkan tidak memilih. Itu adalah keputusan dari tanggung jawab yang akan di ambil oleh masing-masing manusia. Lalu mengapa diributkan?
Seseorang hingga bisa melenceng kejalan yang lain, pasti dikarenakan sesuatu. Tidak belok begitu saja. Pasti dikarenakan sesuatu. Realita, masa lalu, fakta, pemikiran, pengelihatan, atau apapun..
Bukan berarti mereka yang 'tidak percaya' itu sesat. Karena nilai religius bisa ada di dalam diri mereka yang tidak percaya, tapi belum tentu nilai religius berada pada diri mereka yang percaya.
Hanya mereka yang pintar, yang mengerti.

0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda