Jangan pernah malas untuk membaca.
Membaca membuat anda pintar..
Artikel yang satu ini lahir bedasarkan pengalaman dan hidup gue..
Beberapa akan dimasukkan dari ide dan inspirasi dari
Beatles &
my beloved friend, Nina.
Sebelumnya, gue belum pernah menceritakan beberapa hal yang gue jalani ini kesiapapun, mungkin sebagiannya pernah tapi tidak secara keseluruhan. Dan disini gue akan coba menceritakannya dalam sebuah rangkuman :)
Bagaimana gue menerima dan menyikapi hidup, untuk kesatuan dan kebersamaan secara totalitas
The Beatles
Hidup? Hidup ini sebenarnya simple.
Buat gue, hidup itu adalah sebuah perjalanan singkat untuk memaknainya.
Perjalanan singkat? Bagaimana singkat?
40 tahun? 60 tahun? 100 tahun? Atau bahkan, 1 juta tahun? Sangat singkat. Lo bahkan akan lupa bagaimana cara lo memegang sendok ketika berumur 5 tahun, dan bandingkan ketika lo berumur 15 tahun.. Lo akan lupa bagaimana cara lo meminta uang ketika berumur 16 tahun, dan ketika lo berumur 21 tahun.
Begitu seterusnya, lalu akan dipertemukan lagi dengan level yang lebih sulit, juga kematian.
Sebuah frase seperti ini banyak tidak disadari oleh manusia pada umumnya, kita seakan hanya ingat oleh hari kemarin, hari ini dan mengimpikan hari esok. Tanpa membayangkan, bagaimana hari ini dapat dilewati lebih panjang dari hari kemarin, dan hari esok lebih panjang lagi dari hari ini. Itu lah yang sebenarnya harus terjadi.
Kembali lagi dalam pembahasan hidup yang singkat.
Dalam kesingkatan yang ada, kita enggan melakukan perubahan. Enggan membentuk sebuah figur yang baru, yang lebih baik. Kita berjuntrung dengan kebiasaan, dan tidak akan pernah berubah. Lalu bagaimana kita dapat merubahnya? Bagaimana kita dapat membentuk sebuah figur yang baru?
Jawabannya adalah....... Mengerti akan hidup yang singkat, dan coba lah untuk memaknainya. Buatlah kesingkatan itu menjadi sesuatu yang berarti.
Di dalam jiwa manusia itu ada enam rasa/potensi, yaitu agama, intelek, sosial, susila, harga diri dan seni. Sebenarnya, 'bagaimana kita hidup untuk berubah' adalah salah 1 potensi yang sudah ada sejak kita lahir sebagai seorang manusia. Setiap harinya kita melahirkan sebuah perubahan, tapi tergantung bagaimana, dimana, dengan siapa, karena apa kita berubah dan itu yang menentukan perubahan tersebut.
Untuk saat ini, gue pun udah hampir melewati frase-frase kehidupan yang menurut gue 'menguji hidup' gue sendiri. Gue pernah hidup dalam keluarga yang seperti raja, juga sebaliknya.. Hidup dalam keluarga seperti pengemis, hidup dengan orang-orang disekitar yang sulit, bagaimana air sangat bermakna untuk mereka, bagaimana kerasnya perjalanan hidup di kota besar, manis pahit cinta, penyakit, obat, tawa dan tangis, kekerasan, perdamaian, musik.. Apa lagi selanjutnya? Mungkin beberapa diantara kalian belum pernah merasakan itu semua, mungkin hanya beberapa, atau mungkin ada juga yang lebih dari itu. Dan untuk apa kamu sesali? You can't have a rainbow, without a little rain.. Everybody wants happiness!
Me and my beloved friend, Nina.
Percaya atau enggak, pembentukkan hidup itu sebenarnya tidak ada di apapun. Ga ada di orang lain, di benda lain, di suatu tempat, atau bahkan disebuah kitab. Melainkan ada di diri kita sendiri.. Yang lainnya adalah pembimbing, dan diantara pembimbing itu ada yang menipu, menjerumuskan, menyesatkan dan ada juga yang benar memberikan bimbingan. Salah 1 nya adalah dari musik. Musik yang kita dengar, perlahan membimbing kita, menjelaskan seperti apa maksud si penulis untuk si pendengar. Maka dari itu, jangan anggap remeh musik, dan jangan anggap musik hanya untuk di dengar dan dirasakan. Ada beberapa orang yang menjadikan Musik sebagai kitabnya, seperti saya dan teman saya Nina. Kita menjadikan Beatles sebagai salah 1 pembimbing hidup. Beatles bukan hanya sebuah band legend, lebih dari itu. Totalitas! Ya begitu kita menyatakannya.
Faktor terpentingnya adalah Keluarga dan teman. Mereka adalah salah 1 faktor bagaimana kita dapat membentuk harga diri dan citra untuk diri kita. Namun banyak diantara kita hanya mengikuti, bukan memilih.
Karena mereka keluarga, belum tentu mereka memberikan yang terbaik untuk kita. Karena mereka teman baik, bukan berarti mereka seorang teman yang ingin melihat temannya berbahagia.
Dan bagaimana cara gue melihat orang lain adalah gue menganggap semua orang itu adalah gue, dan gue adalah semua orang. Mereka adalah saya, saya adalah mereka dan tidak ada perbedaan diantaranya. Tidak ada si kaya, si miskin, si cantik, si ganteng, si jelek, si pintar dan si bodoh. Gue menganggapnya kita semua itu sama, sebuah kegelapan yang mencari pertolongan (penerangan).
Contohnya, gue ga merasakan perbedaan ketika gue naik angkot yang kumuh dan panas, dan ketika gue naik Alphard yang luas, nyaman dan dingin. Gue merasakannya semua dalam bentuk kesamaan. Sama-sama ditumpangi untuk menuju suatu tempat. Sama hal nya dengan kita..
Jadi gue ga pernah bisa membeda-bedakan ketika gue sedang bersama seseorang yang hidupnya serba mewah dan nyaman, dengan seseorang yang hidupnya sulit dan tidak nyaman. Semuanya gue anggap kesamaan, sama-sama nyaman, sama-sama membuat gue lebih hidup.
Sekarang, kita memang sebenarnya bisa mengetahui dimana posisi kita merasa nyaman dan dimana posisi kita merasa kurang nyaman. Tapi jadikanlah kekurangan itu sebagai kelebihan, niscaya dimanapun, kapanpun dan dengan siapapun, kenyamanan akan selalu bersama lo.
Itu yang gue jalani selama ini. Jadi gue ga pernah kaget diwaktu hidup gue sangat tinggi, dan sewaktu-waktu jatuh sangat bawah. Karena gue sendiri udah memberikan tempat untuk itu. Gue udah menciptakan perkenalan kepada suatu tempat yang baru sebelum-sebelumnya.. Pengalokasian tersebut terletak di 'bagaimana kita menganggap semuanya itu sama'.
Jadi tidak ada lagi gue memilah-milih temen mana yang baik, buruk, cantik, ganteng, jelek, kaya, miskin, pintar dan bodoh.
Terkadang juga kita akan bingung, misalnya pada saat Malam minggu datang. Ada 1 teman dengan sebuah Mercedes Benz E Class mengajak gue ke Apartemen nya, dan disaat yang sama, ada 1 teman dengan VW Kodok tua rongsok mengajak gue liburan bersamanya disebuah pinggiran jalan.
Jelas pasti orang pada biasanya akan memilih teman dengan Mercy E Class ke apartementnya.. Tapi gue, pasti akan memilih teman dengan VW kodok untuk berliburan bersamanya.
Kenapa? Karena tidak selamanya kenyamanan batin dapat melahirkan sebuah kebahagiaan..
Itu semua ga bisa membudaki harga diri gue oleh kenyamanan itu. Sebuah liburan di pinggir jalan dengan sebuah mobil tua seperti VW Kodok bisa saja dapat lebih memberikan kita arti kehidupan yang sebenarnya. Kita jadi dapat merasakan,
"Oh begini rasanya, oh seperti ini kehidupan di jalan raya, oh betapa bahagianya gue bisa merasakan keadaan yang baru seperti ini" Terus merasakannya, terus mencoba tetap nyaman dan lebih mengalokasikan diri untuk mengerti bahwa kehidupan itu sangat luas dan tidak dapat terjabarkan begitu aja.
Jika lo terbiasa dengan kehidupan yang menyamankan batin, lo akan sekarat ketika semua itu telah tiada. Tidak ada cara membiasakan diri dalam kehidupan tersebut, sama seperti kehidupan yang rodanya terus berputar.
John Lennon & Yoko Ono
Cinta. Cinta itu adalah sebuah penerimaan dan memberi. Kadang kita terjebak di dalamnya ketika tidak memiliki prinsip dan komitmen sebelumnya. Seperti yang kita ketahui, kehidupan, bagaimana dia hidup, watak, lingkungan tiap-tiap orang jelasnya berbeda walau kadang juga memiliki kesamaan. Bagaimana kita memilihnya tidak harus selamanya karena kenyamanan itu sendiri. Tapi pilihlah dari satu sisi yang kalian ambil sebagai prioritas. Satu sisi yang kalian mendambakannya, dan memang kalian sudah menunggunya. Mungkin saja untuk kaum sang matrealis satu sisi itu adalah kenyamanan (kekayaan). Jika kalian bukan termasuk dalam kaum itu, kalian menaruh posisi itu dipaling bawah.
Seperti misalnya, gue ga peduli mau cewe itu sebodoh, sejelek (relatif), atau semiskin apa dia. Jika dia mencintai The Beatles, dan menjalani hidupnya sama seperti gue, jelas gue akan memilihnya, dibanding cewe kaya, cantik, pintar tapi dia tidak bisa memuaskan dan tidak memiliki kesamaan sekalipun sama gue. Untuk apa? Kenyamanan belum tentu dapat membuat gue bahagia!
Dari situ lah kita harus coba menempatkan
'kenyamanan' itu dimana aja.
Dan mulai dari sekarang,
jangan terlalu menjadi seseorang yang selektif. Anggap kita adalah mereka, mereka adalah kita. Semua itu adalah sebuah kesamaan mutlak, kenyamanan dapat kita taruh dimana saja, siapa saja.
Kenyamanan ada dimana saja. So it goes everywhere..
Hidup itu singkat, maka coba untuk memaknainya dengan keinginan dari diri yang terdalam, bukan hanya dari tampilan luar yang menggiurkan. Tapi coba kenali lebih dalam, apa yang sebenarnya kita inginkan. Kepuasan datangnya hanya sesaat, ada saatnya juga kita akan terbosankan olehnya, maka dari itu coba pelajari apa yang sebenarnya kita inginkan.
Dan ini lah yang gue jalankan.
Perdamaian dan abadi.
Hare Krishna, Peace and Love!