Including Blog

Senin, 27 Desember 2010

Karena Wanita Terlalu Ingin Dimengerti

Karena Wanita Terlalu Ingin Dimengerti


Stop mengeluh tentang lelaki. Stop berduka lelaki melakukan ini itu.
Kalian terlalu ingin dimengerti sampai kalian lupa akan jati diri kalian!
Kalian terlalu ingin dipuja, sehingga kalian lupa untuk memuji.
Kalian terlalu sering mengeluh tanpa sadar seperti apa kalian.
Disini akan kita tuntaskan faktanya.


BERHENTI MENGELUH

Kalian terlalu sering mengeluhkan lelaki yang suka berbohong, doyan body, perokok, nakal dan lainnya. Bagaimana dengan kalian?

Kalian menciptakan arogansi, matrealis, don't want to forget because its often forgotten.
Apakah kami sering mengeluh dengan kalian yang suka memilih lelaki dari kendaraan pribadinya? Style nya? Gaya hidupnya? Pekerjaannya? Status sosialnya?
Kami memiliki kendaraan pribadipun tetap menerima kalian yang tidak memiliki kendaraan pribadi. Betapa baiknya kami, namun betapa menjijikannya kalian.
Kami memiliki uang, tapi kami menerima kalian yang berduka untuk mengeluarkan uang. Sedangkan kalian? Kalian tidak punya uang tapi hanya menerima lelaki yang ber-uang.
Kami menerima seburuk apapun dandanan kalian, kalian? Hanya menerima kami yang menggunakan pakaian good-looking dimata kalian.

Kalian hanya mengeluh "Panas, takut hitam", "Hujan, takut basah masuk angin". Pernahkah kami mengeluh sewaktu menjemput / mengantar kalian dengan keluhan seperti itu? Kami tersenyum, memeluk kalian dengan hangat. Pernahkah kalian berfikir apa yang terjadi sewaktu kami dijalan ketika ingin menjemput kalian? Apakah kalian tau seberapa panasnya udara di siang bolong, dinginnya udara ketika hujan, mematikan AC karena bensin tidak cukup dan menyalakan AC ketika bersama kalian? Pernahkah kalian pikirkan?

Karena kami meletakkan kalian di posisi yang ISTIMEWA!

Kami menabung di weekdays untuk pergi berbahagia dengan kalian di hari weekend. Kami menggunakan kendaraan pribadi dengan tanggung jawab yang besar, atau bahkan rela meronta-ronta meminta izin kepada Orang tua untuk dipinjamkan kendaraan hanya untuk pergi bersama kalian. Sedangkan kalian hanya cukup meminta izin ke orang tua untuk pergi atau bahkan tidak perlu izin sama sekali.

Kalian menghina kami dengan sebutan BAJINGAN, namun setelah itu kalian membalas kami dengan hal yang sama. Akankah kami balik menghina kalian dengan kata tersebut?
Kalian menuduh kami hanya menggunakan tubuh kalian, apakah pernah kami mengeluh bahwa kalian hanya menggunakan tubuh kami?

Kadang kami kesal, tidak kuat untuk terus bertahan hingga hilang kontrol.
Kadang kalian kesal, tidak kuat untuk terus bertahan hingga hilang kontrol dan tak terkendali seterusnya.

Kami selalu meminta maaf.
Kalian meminta maaf? Kalian menolak dengan "Masa cewe minta maaf duluan"


Tolong hargailah kami,
sebagaimana kami menghargai kalian.










Minggu, 26 Desember 2010

Teori Dasar Anti Terjebak Kesesatan

Teori Dasar Anti Terjebak Kesesatan


Beberapa dari kalian atau mungkin kalian semua akan bertanya-tanya. Apa maksud dari Terjebak Kesesatan disini? Tidak usah bingung. Ini memang sama seperti apa yang kalian pikirkan. Tersesat di lubang hitam, terperangkap dosa, terjatuh mati dalam ruang lingkup setan dan semacamnya. Atau lebih diperjelas lagi, seperti menghidupi kehidupan yang sesat seterusnya, tidak bisa berhenti, takut untuk mencoba namun tetap akan terjerat nantinya.
Artikel ini hanya memberikan antisipasi, bukan mengobati. Saya mendalami Design, bukan kedokteran. Dan juga rumus dasar filsafat bertabur dengan pemikiran saya yang berdiri sendiri sejak kemarin petang hingga matahari belum terbenam.
Lebih baik saya melanjutkan pembahasan pentingnya disini, dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti tentunya.


Kalian bukan seorang perokok? Bahkan tidak berniat dan sangat anti untuk menyentuhnya? Mungkin itu hanya berlaku untuk hari ini. Sama hal nya dengan permasalahan yang lainnya, seperti anti menjadi candu drugs, minuman alkohol, ketakutan akan ketinggian, paranoid dsb.

Bahwa semua nya itu hanyalah sebuah mainstream yang terdukung oleh sebuah sugesti. Mungkin kalian sangat membenci dengan kecoak, dan bagaimana cara kalian menjadi tidak benci lagi dengan kecoak?
Atau...
Hari ini kalian bukan seorang perokok, bagaimana cara menentukan kedepannya kalian akan menjadi perokok atau tetap seperti hari ini?
Dan begitu juga sejenisnya.
Disini saya akan menuntun kalian untuk mempertahankan atau juga menghancurkan sugesti yang kalian buat sejak awal, dengan cara saya.





Bagaimana caranya?


Kalian harus mencobanya.
Jangan takut untuk mencobanya. Karena dengan mencobanya, kalian menjadi tau seperti apa rasanya, kalian akan membentuk sebuah profil pribadi untuk melatih agar memilih ya/tidak. Ingin diperjelas lagi dengan sebuah contoh?

"Rina hari ini benci dengan minum minuman beralkohol, tapi belum tentu kelak Rina tidak menjadi seorang pemabuk. Bagaimana cara Rina tau bahwa sebenarnya Rina akan menjadi seorang pemabuk atau tidak? Hari ini Rina mencoba meminum sebuah bir.
Jawabannya:

1. Rina tidak suka dengan rasa bir, Rina tidak akan menjadi seorang pemabuk.
2. Ternyata Rina menyukai bir, Rina akan segera menjadi seorang pemabuk."




Begitu lah caranya.
Kalian harus mencoba untuk mencari tau jati diri kalian.
Tidak ada gunanya kalian memberikan warn terhadap diri kalian hari ini jika kelak ternyata kalian juga terjebak. Lebih baik mengetahuinya hari ini untuk tau bahwa kalian menerimanya atau justru memang menolaknya.

Semua sugesti itu tidak bisa berlaku hanya begitu saja.
Harus ada pembuktian secara nyata untuk menyadari kebenarannya bahwa kalian memang berada di sekitarnya atau tidak.

Ini hanyalah sebuah teori saya, jika kalian tidak suka, tidak usah dilakukan.










Jumat, 03 Desember 2010

Mempertanyakan Tuhan

Mempertanyakan Tuhan






Mencoba memjawab kehidupan kalian yang mengaku sebagai seseorang yang beragama. Beberapa diantara kalian akan sangat jenuh jika mendengar kata "Atheist" atau "Agnostik", tapi tenang. Gue enggak lagi mendoktrin kalian. Hanya memperjelas realita. Semoga pertanyaan dibawah ini bisa kalian jawab dengan apa adanya.

Bagaimana jika gue memberikan pertanyaan, siapa Tuhan lo?
Dari mana lo bisa percaya bahwa dia lah Tuhan lo?
Dari mana lo bisa memeluk agama itu?
Apakah lo benar-benar mengetahui secara keseluruhan agama yang lo percaya selama ini?
Dan apa lo jalani secara penuh peraturan-peraturan yang ada secara mutlak?
Dan bagaimana dengan agama yang lainnya?
Apakah lo yakin, Tuhan yang lo anut itu memang benar Tuhan yang "Sesungguhnya"?


Dan mari gue jawab apa yang kalian pikirkan,
Tuhan kalian pasti yang kalian percaya selama ini, dari mana? Dari keluarga / kerabat di sekitar. Bisa memeluk agama juga dari keluarga / kerabat di sekitar tapi tidak tahu secara totalitas tentang agama lo itu, hanya tau dasar-dasar kepercayaan, larangan dan sejarahnya aja, itu juga dari keluarga / orang-orang disekitar. Menjalani peraturan secara mutlak? Gue rasa, enggak.. Agama yang lainnya? Yaa kalian tetap merasa bahwa agama kalian lah yang paling benar, menurut kitab sih gitu. Yakin Tuhan kalian itu yang benar? Yakin, tapi masih ada keraguan..


Jika kalian benar menjawab pertanyaan diatas sama seperti argumen gue, dengan itu kalian adalah semi - agnostic. Masih tidak terima dengan sebutan itu? Kalian pun bingung bahwa kalian itu adalah seseorang yang agnostic apa bukan. Tapi menurut definisi beberapa ahli, ya kalian adalah seorang agnostic.

Bukannya membenci gue atau kalian membenci Tuhan, hanya saja tidak tahu apa-apa tentang Tuhan. Yang kalian atau gue pikir Tuhan itu diluar kemampuan kita untuk menjangkaunya. Bagi gue singkatnya begini, keberadaan Tuhan tidak bisa dibuktikan kebenarannya dan kesalahannya.

Tentang agama. Banyak kaum agnostic yang percaya akan keberadaan Sang Perancang, tapi mereka tidak percaya sama agama. Jujur gue sendiri pernah berpikir demikian, bahwa ada sang perancang, tapi berkenaan tentang agama, gue yakin agama hanyala kreatifitas manusia dalam pembentukan nilai-nilai hidup yang kemudian dibakukan. Persis seperti nilai-nilai yang ada dalam kebudayaan, atau lebih dekatnya agama itu persis seperti ormas (organisasi masyarakat) yang menanamkan nilai-nilai spiritual dalam aturan-aturannya.

Sekali lagi, definisi agnostik sendiri sangat tidak baku, dan cenderung subjektif. Beberapa tahun belakangan, gue lebih memilih bahwa alam semesta inilah yang merupakan kekuatan luar biasa di balik ini semua. Jadi patokanya adalah alam semesta, bukan Tuhan. Jika orang beragama beranggapan bahwa tuhan adalah aktor utama dan kemudian berusaha memperlakukannya dengan sebaik mungkin, maka gue lebih memilih alam semesta adalah aktor utama, dan gue bahagia jika dapat memperlakukannya dengan baik. Tapi tetap saja ini juga bukan merupakan keputusan akhir. Sebab walau bagaimanapun semua bersandar pada ketidak tahuan gue. Intinya gue tidak gak tau apa-apa tentang Tuhan.
Materi Referensi
Yahoo Answer




Sekarang mari bertanya kepada diri sendiri, kalian hanya mengetahui Tuhan yang kalian percaya hanya dari orang-orang disekitar tanpa mencari tahu sendiri kebenarannya. Kalian berdo'a, sembahyang tapi dalam lubuk hati yang terdalam kalian mempertanyakannya. Lalu untuk apa kalian menjalani semuanya? Kalianpun tetap melakukan pelanggaran-pelanggaran dengan dalih "Tuhan maha pengampun", jika begitu lakukan saja dosa-dosa terbesar lalu minta ampun, maka urusan selesai. Itu lah Tuhan kalian yang maha pengampun. Bunuh musuh kalian, lalu mintailah ampun. Semua seperti sangat ringan! Yang berakhir dengan kata "Neraka". Doh, kalian bilang Tuhan itu maha pengampun, lalu untuk apa dibuatnya Neraka? Mensterilkan dosa-dosa? Lalu untuk apa ampunan tersebut? Lagi-lagi Dia melanggar janji ampunannya.



Terus bertanya, terus terjebak dalam ruang pertanyaan ini.
Terus lah mencari tahu kebenaran yang sebenarnya hanyalah sebuah karangan.
Tidak perlu terlalu fanatik, hanya lakukan yang menurut kalian baik, maka kalian juga akan mendapatkan kehidupan yang baik. Ini adalah hukum alam, bukan dari siapa-siapa.
Beragam Tuhan yang dipercaya, tapi mereka mendapatkan kehidupan yang layak secara rata. Jika yang tidak layak, siapa yang mau disalahi? Maka dari itu, ini adalah hukum timbal balik tapi bukan karma.

Mulai lah percayai apa yang lo percaya, bukan apa yang mereka percaya.
Jangan sampai kesalahan mereka menurun hingga anak-cucuk lo.
Sekali lagi, bukan maksud men-doktrin, bukan maksud membenci Tuhan. Disini gue cuma ingin memberikan sedikit pencerahan.