Mempertanyakan Tuhan

Mencoba memjawab kehidupan kalian yang mengaku sebagai seseorang yang beragama. Beberapa diantara kalian akan sangat jenuh jika mendengar kata "Atheist" atau "Agnostik", tapi tenang. Gue enggak lagi mendoktrin kalian. Hanya memperjelas realita. Semoga pertanyaan dibawah ini bisa kalian jawab dengan apa adanya.
Bagaimana jika gue memberikan pertanyaan, siapa Tuhan lo?
Dari mana lo bisa percaya bahwa dia lah Tuhan lo?
Dari mana lo bisa memeluk agama itu?
Apakah lo benar-benar mengetahui secara keseluruhan agama yang lo percaya selama ini?
Dan apa lo jalani secara penuh peraturan-peraturan yang ada secara mutlak?
Dan bagaimana dengan agama yang lainnya?
Apakah lo yakin, Tuhan yang lo anut itu memang benar Tuhan yang "Sesungguhnya"?
Dan mari gue jawab apa yang kalian pikirkan,
Tuhan kalian pasti yang kalian percaya selama ini, dari mana? Dari keluarga / kerabat di sekitar. Bisa memeluk agama juga dari keluarga / kerabat di sekitar tapi tidak tahu secara totalitas tentang agama lo itu, hanya tau dasar-dasar kepercayaan, larangan dan sejarahnya aja, itu juga dari keluarga / orang-orang disekitar. Menjalani peraturan secara mutlak? Gue rasa, enggak.. Agama yang lainnya? Yaa kalian tetap merasa bahwa agama kalian lah yang paling benar, menurut kitab sih gitu. Yakin Tuhan kalian itu yang benar? Yakin, tapi masih ada keraguan..
Jika kalian benar menjawab pertanyaan diatas sama seperti argumen gue, dengan itu kalian adalah semi - agnostic. Masih tidak terima dengan sebutan itu? Kalian pun bingung bahwa kalian itu adalah seseorang yang agnostic apa bukan. Tapi menurut definisi beberapa ahli, ya kalian adalah seorang agnostic.
Bukannya membenci gue atau kalian membenci Tuhan, hanya saja tidak tahu apa-apa tentang Tuhan. Yang kalian atau gue pikir Tuhan itu diluar kemampuan kita untuk menjangkaunya. Bagi gue singkatnya begini, keberadaan Tuhan tidak bisa dibuktikan kebenarannya dan kesalahannya.
Tentang agama. Banyak kaum agnostic yang percaya akan keberadaan Sang Perancang, tapi mereka tidak percaya sama agama. Jujur gue sendiri pernah berpikir demikian, bahwa ada sang perancang, tapi berkenaan tentang agama, gue yakin agama hanyala kreatifitas manusia dalam pembentukan nilai-nilai hidup yang kemudian dibakukan. Persis seperti nilai-nilai yang ada dalam kebudayaan, atau lebih dekatnya agama itu persis seperti ormas (organisasi masyarakat) yang menanamkan nilai-nilai spiritual dalam aturan-aturannya.
Sekali lagi, definisi agnostik sendiri sangat tidak baku, dan cenderung subjektif. Beberapa tahun belakangan, gue lebih memilih bahwa alam semesta inilah yang merupakan kekuatan luar biasa di balik ini semua. Jadi patokanya adalah alam semesta, bukan Tuhan. Jika orang beragama beranggapan bahwa tuhan adalah aktor utama dan kemudian berusaha memperlakukannya dengan sebaik mungkin, maka gue lebih memilih alam semesta adalah aktor utama, dan gue bahagia jika dapat memperlakukannya dengan baik. Tapi tetap saja ini juga bukan merupakan keputusan akhir. Sebab walau bagaimanapun semua bersandar pada ketidak tahuan gue. Intinya gue tidak gak tau apa-apa tentang Tuhan.
Yahoo Answer

Sekarang mari bertanya kepada diri sendiri, kalian hanya mengetahui Tuhan yang kalian percaya hanya dari orang-orang disekitar tanpa mencari tahu sendiri kebenarannya. Kalian berdo'a, sembahyang tapi dalam lubuk hati yang terdalam kalian mempertanyakannya. Lalu untuk apa kalian menjalani semuanya? Kalianpun tetap melakukan pelanggaran-pelanggaran dengan dalih "Tuhan maha pengampun", jika begitu lakukan saja dosa-dosa terbesar lalu minta ampun, maka urusan selesai. Itu lah Tuhan kalian yang maha pengampun. Bunuh musuh kalian, lalu mintailah ampun. Semua seperti sangat ringan! Yang berakhir dengan kata "Neraka". Doh, kalian bilang Tuhan itu maha pengampun, lalu untuk apa dibuatnya Neraka? Mensterilkan dosa-dosa? Lalu untuk apa ampunan tersebut? Lagi-lagi Dia melanggar janji ampunannya.

Terus bertanya, terus terjebak dalam ruang pertanyaan ini.
Terus lah mencari tahu kebenaran yang sebenarnya hanyalah sebuah karangan.
Tidak perlu terlalu fanatik, hanya lakukan yang menurut kalian baik, maka kalian juga akan mendapatkan kehidupan yang baik. Ini adalah hukum alam, bukan dari siapa-siapa.
Beragam Tuhan yang dipercaya, tapi mereka mendapatkan kehidupan yang layak secara rata. Jika yang tidak layak, siapa yang mau disalahi? Maka dari itu, ini adalah hukum timbal balik tapi bukan karma.
Mulai lah percayai apa yang lo percaya, bukan apa yang mereka percaya.
Jangan sampai kesalahan mereka menurun hingga anak-cucuk lo.
Sekali lagi, bukan maksud men-doktrin, bukan maksud membenci Tuhan. Disini gue cuma ingin memberikan sedikit pencerahan.

0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda